Kilas Tasqif "Al-Quran The Source of Sciences"
Pagi nan cerah di kala itu. Waktu yang tepat bagi segenap penghuni mahalah untuk melakukan ritual melepas lelah. Namun, beberapa sahabat justru “keluar kandang” menukar kenyamanannya dengan kilauan cahaya. “Alaa bidzikirilahi tathmainnul quluub.” Sungguh dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram. Mungkin ayat tersebut mampu menafsirkan kilauan inspirasi dan spiritualitas yang bersemi pada mereka ketika kegiatan rutin Tatsqif Fotar Ahad, 6 Maret 2011 berlangsung.
Limpahan ilmu yang dicurahkan oleh Ustadz Ismail Abdullah MA mampu menyentuh dan menyegarkan kembali bunga-bunga keimanan yang sempat layu. Dengan bertemakan “Al-Quran The Source of Sciences” para hadirin dibawa menjelajahi cakrawala ilmu dan hikmah yang terbentang dalam kalam ilahi. Tak dinyana memang, ruangan Econ LR.3.9 yang berisikan lebih dari 40 orang itu seakan tiada mampu menghadang perjalanan ruhiyah para pengembala ilmu yang insya Allah kelak menjadi bagian dari ulil albab abad ini.
Limpahan ilmu yang dicurahkan oleh Ustadz Ismail Abdullah MA mampu menyentuh dan menyegarkan kembali bunga-bunga keimanan yang sempat layu. Dengan bertemakan “Al-Quran The Source of Sciences” para hadirin dibawa menjelajahi cakrawala ilmu dan hikmah yang terbentang dalam kalam ilahi. Tak dinyana memang, ruangan Econ LR.3.9 yang berisikan lebih dari 40 orang itu seakan tiada mampu menghadang perjalanan ruhiyah para pengembala ilmu yang insya Allah kelak menjadi bagian dari ulil albab abad ini.
Pukul 09.30, acara dibuka dengan untaian salam dan pengantar yang menyejukkan dari saudara Ali Rahman S. Si. Selanjutnya, taujih rabbani dilantunkan merdu menggema rindu oleh saudara Rahmad. Suasana cerah dan bersemangat tampak jelas ketika menyambut kedatangan pembicara yaitu Ustadz Ismail Abdullah MA. Seiring mengalirnya waktu, mengalirlah tausiah penuh hikmah dari pembicara yang juga merupakan seorang pengajar di KIRKHS IIUM ini.
Mula-mula Ustadz Ismail Abdullah Chong memaparkan tentang prinsip-prinsip dan landasan utama seorang muslim dalam menjalani hidup. Sesuai dengan moto hidup beliau, setiap diri dari seorang muslim di dunia adalah seorang ibadullah, khalifatullah, ummatan washatan dan khairu ummah. Dengan begitu komprehensif beliau merincikan bahwa permasalahan utama hidup manusia adalah masalah penghambaan. Ketika seseorang tidak menyembah Tuhannya makhluk maka secara otomatis dia akan menyembah selainNya, yakni makhluk. Karena itu, seruan mengubah penghambaan manusia dari makhluk kepada Tuhannya makhluk dan membebaskan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya islam adalah misi yang mutlak harus ditunaikan seorang muslim (Adz-Dzariyaat 56). Tanggung jawab seorang muslim untuk mengajak manusia kepada fitrah penghambaan hanya untuk Allah. Sebagaimana manusia pertama yaitu Adam as turun ke dunia dengan tersujud kepada Allah setelah benar-benar memahami bahwa musuh utama manusia yaitu iblis akan selalu berusaha mengalihkan penghambaan manusia kepada selain daripada Allah.
"Macam mane nak berlaku adil, bile tak meletakkan sesuatu pada asalnye?" ujarnya lengkap dengan dialek Melayu. Dengan air muka yang teduh, beliau menuturkan bahwa adalah tugas seorang muslim bukanlah memakmurkan dunia dalam artian mengeruk sumber daya untuk kesejahteraan sesaat, akan tetapi menjaga dunia dari kerusakan sebagai bentuk mandatarisnya kepada Sang Pemilik dunia. Karenanya, seorang pengelola dunia menurut Ustadz Ismail, haruslah mengetahui petunjuk-petunjuk yang Allah sampaikan di dalam Al-Quran dan Sunnah supaya mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan memimpin dunia dengan keadilan islam. Kemudian beliau juga memaparkan peran penting seorang muslim pada hari kiamat kelak sebagai saksi atas amanah tablighur risalah yang telah ditunaikan oleh Nabi Muhammad saw (Al-Baqarah 143).
Dengan penuh keseriusan Sarjana Syariah lulusan Islamic University Madinah dan International Islamic University Islamabad ini memaparkan bahwa Al-Quran bukan hanya sekedar a source of sciences tetapi merupakan a source of everything. Al-Quran adalah ma’dabatullah (hidangan dari Allah). Dia mencukupi segala sesuatu dalam seluruh urusan manusia sebagai guidance of life. Dia merupakan ayatul manthuq (mentioned sign) yang mendukung dan mendeskripsikan ayatul mandhur (viewed sign) yang terhampar luas di depan mata manusia. Dia adalah tibyan (exposition of everything) dan mathal (everykind of parable). Di dalamnya terdapat design of humankind (2:138) dan penjelasan ilmu Allah yang tiada batas (18:109).
Secara garis besar, pengerusi kegiatan study circle student IIUM ini mengutarakan bahwa terdapat 5 kategori sciences dalam Al-Quran. Yang pertama adalah The Science of Injuctions (Ahkam) yang menjelaskan tentang hukum segala hal. Yang kedua adalah The Science of Disputations (Mukhashimah) yang menceritakan tentang pengingkaran terhadap kekeliruan kaum Yahudi, Nasrani, Polytheists (penyembah banyak tuhan) dan Munafik. Yang ketiga adalah The Science of Divine Favours dimana kesempurnaan akan penciptaan bumi dan langit sebagai karunia Allah dijelaskan di dalamnya. Yang keempat adalah The Science Covering The Important Events yaitu tentang pembalasan Allah terhadap orang yang bertakwa dan durhaka kepada-Nya. Yang terakhir adalah The Science which reminds human beings of death yang mengingatkan manusia tentang kepastian ajal dan dunia setelah kematian.
Point yang cukup ditekankan oleh Ustadz Ismail adalah “Spiritualty Starts Where Sciences End”. Seorang professor logika atheis bernama Jefrey Lang mengaku kalah dengan kekuatan pengetahuan Al-Quran dan mengakui bahwa Al-Quran adalah firman tuhan. Fakta tersebut menunjukkan bahwa ketika seseorang berusaha jujur dalam mencari kebenaran dengan mengeksplor ciptaan tuhan maka cepat atau lambat dia akan berakhir pada permulaan daripada segala ciptaan yang dia pelajari yang tidak lain adalah Sang Pencipta itu sendiri. Dengan mudahnya Ustadz Ismail memutar hafalan Al-Quran beliau untuk menyebutkan ayat-ayat saintifik yang menjadi dasar dari penemuan-penemuan ilmiah modern dewasa ini. Kita menemukan teori rotasi bulan dan matahari pada surat Az-Zumar : 5, lalu sistem perkembangan janin pada surat Az-Zumar : 6, kemudian fungsi kerja saraf pada kulit dalam surat An-Nisa : 56 dan penemuan-penemuan ilmiah modern lain yang telah diturunkan Allah ribuan tahun sebelum disiplin ilmu itu sendiri ada.
Disela-sela pembahasan, ustadz kelahiran Malaka tahun 1954 ini menyelipkan kisah inspiratif dari zaman keemasan islam dahulu kala. Beliau bercerita tentang sahabat yang pernah menjadi khadim Rasulullah saw yaitu Anas bin Malik ra. Berikut kisah yang tercatat setelah berhasil ditranslasikan :
"Alkisah pada zaman kekuasaan Bani Umayyah, sahabat yang banyak meriwayatkan hadits tersebut dipanggil oleh panglima kerajaan yang terkenal tiran dan berdarah dingin yaitu Abu Muhammad Al-Hajjaj bin Yusuf. Prajurit yang bertugas menangkap sahabat yang wafat pada usia 102 tahun ini terheran karena ternyata beliau tanpa dipaksa sudah bersedia menunggu di depan rumahnya dengan tenang tanpa ketakutan sedikit pun.
“Siapkan dirimu untuk bertemu pemimpin kita!” seru si prajurit. Anas ra menjawab, “Pemimpin yang mana?” “Abu Muhammad bin Hajjaj!”. Lalu Anas bin Malik ra berujar, “Oh, dia yang telah dipermalukan oleh Allah karena aku tidak pernah mematuhinya. Karena orang yang mulia adalah yang mulia karena takwa kepada Allah dan orang yang memalukan adalah orang dipermalukan karena membangkang terhadap Allah. Pemimpinmu telah melampaui batas, melanggar dan menentang Al-Quran dan Sunnah. Demi Allah, Allah pasti mengakhiri ini semua.” “Diam! Cepat berangkat!” hardik si prajurit.
Sesampainya di depan singgsana Hajjaj, Anas ra langsung diinterogasi oleh Hajjaj. “Kamu yang bernama Anas bin Malik?!” “Ya.” Tegas Anas ra. “Kamu satu-satunya orang menentang dan melawan kami?!” “Ya.” Anas tak gentar. “Kenapa?!” “Karena engkau melawan perintah Allah dan Rasul-Nya saw. Kau memuliakan musuh-musuh Allah dan menghinakan orang-orang yang Dia cintai.” “Apakah kamu tahu apa yang akan aku lakukan kepadamu?!” “Tidak.” “Aku akan membunuhmu dengan cara yang paling mengerikan!”
Anas ra menjawab dengan tenang, “Jika aku yakin kamu bisa melakukannya, maka aku pasti menyembahmu.” “Bagaimana bisa kamu mengatakannya?” Hajjaj gemetar. “Karena Rasulullah telah mengajarkan kepadaku sebuah doa dan mengatakan ‘Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi hari maka tidak ada satu pun yang mampu mengganggunya’ dan aku telah membacanya pagi ini.” Ujar Anas ra menghunjam. “Ajarkan aku doa itu!” “Ya Allah lindungi aku dari perbuatan itu! Aku tidak akan mengajarkan doa itu kepada siapa pun selama kau masih hidup.” Pungkas Anas ra. Hajjaj berkata kepada prajuritnya, “Lepaskan dia!” Si prajurit terkejut, “Wahai panglima, kita mencari-cari orang ini dengan begitu sulit dan sekarang dia ada dihadapanmu. Bagaimana bisa kamu melepaskannya begitu saja?!”Sungguh aku melihat dua ekor singa besar diatas bahunya yang siap menerkam.” Hajjaj berkata lirih,"
Dalam penjelasan Ustadz Ismail, pertolongan Allah yang nyata tersebut disebabkan oleh sikap menghamba hanya kepada Allah (tadharru’) kemudian menguat menjadi rasa takut hanya kepada Allah (takhasysyu’) dan melahirkan sikap ketenangan dan keberanian yang luar biasa (tasaakun).
Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh sayyidina Utsman bin Affan ra, “Ketika seseorang benar-benar merasakan keagungan Al-Quran niscaya dia tidak akan pernah kenyang membaca dan mentadabburi Al-Qur’an”. Mungkin perasaan inilah yang dirasakan oleh para students yang menghadiri acara Tatsqif dimana mereka begitu antusias dan serius mengajukan pertanyaan ketika sesi tanya jawab dibuka sehingga mayoritas dari mereka melontarkan pertanyaan yang kaya akan wawasan dan kritis kepada pembicara. Begitu pula para hadirin tampak merekam dengan baik pengetahuan dan informasi yang telah disampaikan sehingga mereka mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ustadz Ismail meski pertanyaan tersebut cukup sulit.
“Al hayaatu tahta dhilaalil qur’aan ni’matun.” Hidup dibawah naungan Al-Quran adalah sebuah kenikmatan. Siang itu, para pejuang ilmu pengetahuan IIUM merasakan betul apa yang dirasakan oleh As-Syahid Sayyid Quthb dalam statementnya di balik jeruji. Siang itu, sepenggal episode terindah sekelompok pencinta Al-Quran terlewati. Sebuah moment refleksi diri mematri asa untuk terus memupuk dan merawat anugerah terindah yang pernah dimiliki. Dengan dipimpin oleh pemateri, peserta menundukkan hati memohon agar bunga cinta suci terus mewangi. Puisi roti canai yang dibawakan MC menutup acara sekaligus menyimpulkan segenap inspirasi. Penuh keceriaan para hadirin meninggalkan acara untuk kembali beraktifitas mengejar cita-cita surgawi.
Penulis: Ahmad Rasikh Ilmi
0 Komentar: