Menguji Cinta
"Allah, pagi dan soreku ini atas fitrah Islam, atas agama nabi Muhammad dan atas milah nabi Ibrahim yang hanif, yaa Allah selamatkanlah akhirku"
Sebagai seorang muslim tentu Allah yang paling kita cintai melebihi segalanya. Karena tujuan hidup ini hanyalah untuk mencari ridhaNya dah hanya kepadaNya kelak kita akan kembali.
Hidup di dunia ini terlalu banyak godaannya . Dengan keadaan iman yang kadang bertambah kuat dan kadang pula berkurang . Maka bisa jadi rasa cinta kita kepada Allah telah terbagi kepada cinta yang lain. Seperti anak istri,keluarga, harta, kedudukan atau yang lainnya. Ketika Allah beri kenikmatan berupa hal tersebut maka manusia kadang mudah terlupa pada Dzat yang memberinya.
Lalu bagaimana kita mengukur rasa cinta kita kepada Allah? Mari kita belajar dari kisah nabi Ibrahim AS.
Cinta itu identik dengan pengorbanan. Sebesar mana kita mencintai sesuatu maka sebesar itu pula kita harus sanggup berkorban.Jika kita mencermati kisah nabi Ibrahim AS maka kita akan mengetahui betapa beliau dan keluarganya sangat mencintai Allah swt. Bahkan pengorbanan cinta mereka sampai saat ini diabadikan dan diperingati oleh umat islam sejagat terutama pada saat musim haji.
Nabi Ibrahim AS digelari sebagai “Khalilullah” atau orang yang dikasihi Allah. Nabi Ibrahim AS sangat taat kepada Allah dalam menjalankan segala perintahNya. Tidak ada satu pun perintah Allah yang tidak ditunaikannya. Walaupun beliau harus menghadapi tantangan raja Namrud yang zalim dan bahkan parnah dibakar di dalam api yang menyala namun nabi Ibrahim tetap bersabar. Iman dan dan cintanya kepada Allah semakin bertambah apabila mendapat cobaan.
Allah menganugerahi nabi Ibrahim seorang istri yang solehah bernama Hajar. karena sebelumnya nabi Ibrahim telah memiliki istri bernama Sarah. Namun bersama Sarah belum dikaruniai anak sampai usianya yang tua.
Apa yang dicita-citakan oleh nabi Ibrahim untuk memiliki keturunan dikabulkan Allah. Hajar melahirkan anak yang diberi nama Ismail. Nabi Ibrahim sangat bersuka cita. Lalu Allah berkehendak untuk mengujinya sebesar mana rasa cintanya kepada Allah setelah nabi Ibrahim mempunyai anak. Masih kekal cintanya kepada Allah semata atau berkurang.
Allah memerintahkan nabi Ibrahim membawa istri dan anak bayi yang dicintainya untuk dibawa ke tempat yang jauh yaitu Mekkah. Mekkah pada zamat itu hanyalah padang pasir yang tandus dan bercuaca panas. Setelah sampai disana Allahmemerintahkan nabi Ibrahim supaya meninggalkan istri dan anaknya.
Ketika nabi Ibrahim ingin melangkah pergi istrinya menahannya dan bertanya dengan perasaan iba. “Wahai suamiku tegakah engkau meninggalkanku bersama anakmu ini di tempat seperti ini? Apakah ini semua perintah dari Allah?”
Nabi Ibrahim menjawab: “Benar. Ini perintah dari Allah.”
Nabi Ibrahim segera meninggalkan Istri dan anaknya di Mekkah.
Setelah beberapa tahun kemudian. Nabi Ibrahim diizinkan Allah untuk menjenguk anak dan istrinya yang dulu ditinggalnya di Mekkah. Nabi Ibrahim sangat bahagia, dengan rasa rindu yang melimpah kepada anak dan istrinya. Beliau segera kembali ke Mekkah.
Setelah sampai nabi Ibrahim segera memeluk anak dan istri tercintanya untuk meluahkan rasa rindu yang selama ini ditahannya. Ismail yang ditinggalkannya dulu sekarang ini didapatinya telah tumbuh besar.
Baru saja merasa bahagia bertemu keluarganya. Allah berkehendak untuk kembali menguji nabi Ibrahim. Alllah memerintahkan untuk menyembelih putra yang disayanginya itu melaui mimpinya.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (As Saffat : 102).
Maka nabi Ibrahim segera melaksanakan perintah Allah dengan mengorbankan putranya untuk disembelih. Melihat keteguhan nabi Ibrahim yang selalu mentaati apa yang diperintahkan Allah. Walaupun harus mengorbankan sesuatu yang sangat dicintainya. Maka Allah membalas perbuatannya dengan mengganti putranya yang disembelih dengan seekor binatang.
Kisah pengorbanan Ibrahim yang menyembelih anaknya itulah sampai sekarang kita peringati dengan menyembelih kurban.
Demikianlah rasa cinta nabi Ibrahim kepada Allah yang sangat besar. Bahkan tidak pernah berkurang walaupun diuji dengan pengorbanan apa pun bentuknya.
Demikian pula cinta sejati yang sudah teruji. Lalu setelah membaca kisah ini, mari kita sama-sama menilai diri. Sudahkah kita mencintai Allah dengan sebenar-benarnya sampai ke tahap mampu mengorbankan apa yang kita miliki.
Penulis: Hambari Nursalam
0 Komentar: