Pesona Raja yang Zuhud
"Betapa besar ancaman dari tuhanku “Allah” jika hatiku lalai dari-Nya dan terpesona oleh keindahan dunia -laksana ancamanku terhadapmu jika kamu lalai yang menyebabkan airmu tertumpah-" ujar sang Raja.
Seorang murid mendatangi seorang ulama untuk berguru dengannya. Diapun mempelajari dan menguasai semua ilmu yang diberikan oleh gurunya. Karena merasa belum puas dengan ilmu yang ada –barangkali begitulah kebiasaan orang terdahulu yang tak pernah puas dengan ilmu- diapun bertanya kepada gurunya.
“Wahai guruku adakah orang yang lebih pandai dan hebat darimu agar aku bisa belajar dan menimba ilmu padanya” Tanya murid.
Kamu pergi kesebuah tempat yang disana kamu akan menemui seorang ulama yang lebih hebat dariku” jawab guru.
Murid tadipun pergi ketempat yang dimaksud dan bertemu dengan guru barunya itu. tetapi dia merasa heran, ternyata gurunya adalah seorang raja yang mendiami sebuah istana yang megah dan indah, diapun bertanya-tanya dalam hati, barangkali gurunya yang pertama salah menyebutkan nama, apakah mungkin seorang ulama adalah raja? Dan mengapa dia tinggal disebuah istana semewah ini? Dimana letak kezuhudannya? Berarti dia cinta dunia? Berbagai pertanyaan yang menunjukkan keraguannya akan kualitas guru barunya itu.
Ulama –yang juga seorang raja- inipun mengetahui apa yang dipikirkan oleh murid barunya ini. Dia pun menguji murid ini dengan memerintahkan agar dia membawa segelas air keliling kota dan tidak boleh tumpah walaupun setetes, jika tumpah maka kepalanya akan dipenggal oleh tentara istana.
Murid inipun menjalankan perintah, dia membawa air dalam gelas keliling kota -pada saat itu ditengah kota sedang hiruk pikuk ada pesta perayaan, semua rakyat bergembira menikmati hiburan yang ada- berbeda dengan murid ini dia tidak bisa menikmati hiburan perayaan dikarenakan harus menjaga keseimbangan agar air dalam gelas itu tidak tumpah, jangankan untuk bersorak sorai dengan cara mengangkat tangan memalingkan wajah saja sangat berbahaya.
Setelah mengelilingi kota dengan melewati berbagai bentuk halangan dan cobaan murid inipun berhasil membawa air dengan selamat tidak tumpah walaupun setetes, diapun selamat dari ancaman hukuman penggal dari raja.
Raja bertanya kepada muridnya tentang apa yang ia rasakan selama membawa air keliling kota. Muridpun menceritakan apa yang dia rasakan dan alami.
Guru berkata, wahai muridku apa yang engkau alami seperti itulah keadanku. walaupun aku adalah seorang raja yang dipenuhi dengan perhiasan istana dan kenikmatan dunia tetapi hatiku tetaplah tertuju kepada Allah penuh kekhusu’an dan ketaatan pada-Nya, seperti engkau yang khusu’ (konsentrasi) membawa air walaupun disekelilingmu terdapat pestapora yang penuh dengan kenikmatan dunia.
Betapa besar ancaman dari tuhanku “Allah” jika hatiku lalai dari-Nya dan terpesona oleh keindahan dunia -laksana ancamanku terhadapmu jika kamu lalai yang menyebabkan airmu tertumpah-.
Zuhud tidaklah berarti orang meningalkan urusan dunia, berpakaian kumuh, miskin dan menghinakan diri, zuhud adalah orang-orang yang senantiasa hatinya terpaut pada Allah dimana pun dia berada dan dalam kondisi apapun.
Dunia sangat erat sekali hubungannya dengan akhirat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain -bagaikan dua sisi mata uang, dia akan bernilai jika ada dua gambar dikedua sisinya-.
Perbuatan menolak dunia sama saja dengan menolak kenyataan eksistensi manusia yang diciptakan Allah dan ditempatkan didunia.
Tidak semua yang ada didunia ini jelek sehingga harus ditolak dan dijauhi. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa yang kita tolak dari dunia adalah pertama maksiat, kedua bersenang–senang melebih kadar (ukuran).
Inilah pandangan hidup islam (worldview islam) yang tidak memisahkan dunia dan akhirat.
Penulis: Ali Rakhman
0 Komentar: