Kenali Pahlawanmu
Sahabat, siapa pahlawanmu? Bung Karno? Nelson Mandela? Cut Nyak Dien? Jangan sampai Hitler deh. Kalau saya sebut nama Muhammad Al-Fatih, apa yang ada dalam benak kalian?
Yup beliau adalah pemuda yang terkenal karena kegagahannya berhasil membebaskan Konstantinopel, kota paling terkenal, mewah, berpengaruh saat itu. London aja lewat kali ya :D. Ada beberapa hal yg bisa kita pelajari dr perjalanan hidupnya. Mari kita simak.
Tau bisyarah?
Mungkin kita lebih familiar dengan kata busyra, yang artinya kabar baik. Yap, bisyarah adalah kabar baik yang datang dari Allah via Rasulullah SAW. Yang dikabarkan adalah sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Contohnya janji-janji Allah yang akan membalas amal perbuatan orang beriman. Busyra ini disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Pun ketika itu, abad kelima hijriyah, pasukan Muslim hendak berperang melawan pasukan Quraisy di Madinah. Dan perlu diketahui, saat itu kondisi lokasi kurang mendukung. Tanah disebelah selatannya rendah dan cadas. Rasulullah SAW berpikir, kira-kira strategi perang seperti apakah yang cocok, mengingat jumlah pasukan Quraisy 3 kali lipat dari pasukan Muslim. Muncullah Salman Alfarisi dengan ide menggali paritnya.
Seperti yang kita ketahui dari sejarah Islam, kaum Muslim harus menggali tanah yang cadas dan berbatu sejauh tujuh kilometer. Saat itu persediaan logistik sangat minim, ditambah cuaca yang sangat panas, membuat ciut nyali para pejuang, apalagi ditambah tekanan musuh yang jumlahnya lebih banyak. Tak heran, banyak para munafiq yang lari tunggang langgang.
Dalam kondisi seperti itu seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, kapankah Konstantinopel (salah satu dari dua kota terbesar di dunia saat itu) jatuh ke tangan Islam? Kemudian Rasulullah SAW membacakan hadist yang sudah tak asing lagi di telinga kita
“…Konstantinopel akan jatuh ke tangan tentara Islam. Pemimpinnya adalah sebaik-baik pemimpin, dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara…” (HR Imam Ahmad)
Orang-orang Yahudi yang mendengarnya, langsung tertawa terbahak-bahak. Mengolok-olok dengan sebutan majnun. Menurut mereka itu adalah sesuatu yang mustahil, beyond the vision. Wajar saja. Saat itu Konstantinopel adalah kotanya dunia, lengkap dengan persenjataan super canggih dan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh kaisar yang tak kalah cerdik. Dengan logika dan akal manapun, ketidakmungkinan pasukan Muslim menduduki Konstantinopel itu sangat jelas. Sejelas selembar kertas hitam di siang bolong!
Namun bagaimana reaksi orang-orang yang beriman mendengar busyro dari Rasulullah. Allahu akbar! Mereka bersuka cita, mereka yakin bahwa manusia agung yang mengucapkannya adalah Al-Amin, tidak pernah berdusta. Karenanya mereka percaya dan optimis bahwa kelak, cepat atau lambat, Konstantinopel akan diduduki oleh kaum muslim. Seketika, ghiroh perjuangan langsung kembali membara. Busyro itu mampu menyemangati dan memotivasi mereka hingga akhirnya memenangkan perang Khondak. Pelajaran nomor satu : bisyarah itu hanya bisa dilihat oleh orang yang benar-benar beriman.
Sejak bisyarah itu diucapkan, umat Islam berlomba-lomba membebaskan Konstantinopel, demi meraih penghoramatan Allah yang disebutkan dalam hadist tersebut. Tercatat beberapa kali serangan dilakukan pada masa kekhalifahan Umayyah, Abasysyiyah dan Ustmaniyyah, namun tak satupun mampu menaklukan Konstantinopel.
825 tahun kemudian, tepat pada tanggal 29 Mei 1453, pagi itu takbir digaungkan di jalan-jalan Konstantinopel. Derap langkah kuda terdengar memasuki gerbang benteng yang hancur. Dan disana, seseorang berbaju merah tengah duduk diatas kuda putihnya. Membelah jalanan diikuti prajuritnya. Ya! Sultan Mehmed II, atau dikenal dengan nama Muhammad Alfatih membuktikan janji itu. Ia yang ketika itu usianya 21 tahun berhasil meluluhlantahkan benteng yang menjulang angkuh, membebaskan Konstantinopel!
Untuk lebih jelas bagaimana kronologinya, teman-teman bisa baca dari buku sejarah Islam Description: :)
Sebenarnya, siapakah Muhammad Al-Fatih?
Banyak literatur sejarah yang bisa dengan mudah di akses. Apa yang saya sampaikan ini hanyalah sebagian kecilnya saja. Begitulah, orang yang besar karena kepahlawanannya, namanya akan terabadikan dalam tinta emas peradaban dunia.
Sebelum Alfatih, ayahnya sempat mencoba menduduki Konstantinopel, namun gagal. Karena itu, ia berazzam untuk menjadikan anaknya sebagai seseorang yang dimaksudkan Rasulullah SAW dalam hadist tersebut. Cita-citanya besar. Ia sadar, tugas seorang penakluk Konstantinopel bukan sesuatu yang mudah. Karena itu ia bekali anaknya dengan ilmu, sejak usianya masih kecil. Ia kirimkan guru pendamping untuk membimbingnya, merekalah Syeikh Aaq Syamsudin dan Syeikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani.
Tercatat dalam sejarah, Muhammad Alfatih mampu menguasai delapan bahasa. Ia juga menjadi penghafal Al-Qur’an ketika usianya 12 tahun. Diantara teman sebayanya ia selalu lebih unggul. Menumbuhkan mental heroik tidaklah mudah. Karena itu, orang tuanya lewat Syeikh Aaq Syamsudin selalu mendidik dan mensugestikan Alfatih bahwa ialah pemimpin yang dimaksudkan oleh hadist Rasulullah SAW.
Hal yang menarik, bandingkan dengan kehidupan kita saat ini. Mental seperti apa yang kita tanamkan pada anak kecil atau adik kita? Miris sekali. Kebanyakan mereka hafal ketika ditanya soal lirik lagu boyband alay, namun gagap ketika ditanya siapakah Hasan dan Hussein. Mereka tahu episode terbaru sinetron lebay tapi terbata ketika ditanya episode kehidupan Rasulullah SAW. (pada titik ini saya benar-benar geregetan, semoga kelak masing-masing dari kita bisa menjadi orang tua yang selalu mendekatkan anak dengan Al-Qur’an, mengisahkan cerita para Nabi dan pejuang Islam). Pelajaran nomor dua : mental pejuang itu tidak diturunkan, namun dilatih dan dibiasakan oleh orang-orang terdekatnya, karena itulah penting menciptakan bi’ah (lingkungan) yang sholih.
Muhammad Alfatih adalah pemimpin yang shalih. Ia sadar, apa yang akan dihadapinya bukan perkara mudah. Berat amanah yang ditanggungnya. Namun ia yakin, dibalik amanah yang berat, Allah telah mempersiapkan pundak yang juga kuat. Kekuatan itu ia dapatkan dari Tuhannya.
Pernah turun suatu ayat kepada Rasulullah SAW :
“Wahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu beri peringatan!…” [QS Al-Mudatstsir : 1-2]
“Wahai orang yang berselimut. Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari kecuali sebagian kecil. (Yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) dari itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu…” [QS Al-Muzammil : 1-5]
Ayat ini secara khusus adalah perintah untuk melaksanakan shalat tahajjud. Namun ada maksud lain dibalik sekedar perintah shalat. Di surat Al-Muzammil Allah memerintahkan untuk shalat dan membaca Al-Qur’an, karena akan diturunkan perkataan yang berat kepada Rasulullah SAW. Ya, wahyu yang kemudian harus disampaikan dalam dakwahnya.
Kita tahu bagaimana sulitnya perjuangan beliau. Siksaan yang gencar diberikan oleh kaum Quraisy secara betubi-tubi, secara logika sudah pasti tak akan banyak orang yang bertahan. Namun, kok bisa masih tetap teguh berdakwah?
Salah satunya ialah adanya kekuatan rabbani yang menjadi koneksi antara beliau dengan Allah. Pun dalam kisah Mumamad Alfatih, kita dapati sehari-harinya ia tidak pernah absen shalat rawatib dan tahajjud. Lisannya dipenuhi kalimat Allah. Hidupnya tak jauh dari Al-Qur’an. Marahnya, senangnya ia gambarkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
Karena itulah, seganas apapun musuh, setebal apapun benteng pertahanan, secanggih apapun persenjataan lawan, Alfatih dan tentaranya tidak gentar. Karena ia punya kekuatan dari Allah, lebih dari itu ia yakin bahwa Allah akan menolongnya, Allah akan membersamai orang-orang yang mau menolong agamaNya. Pelajaran nomor tiga : seorang pejuang dakwah mutlak harus membangun hubungan yang baik dengan Allah. Perbaiki dan tingkatkan kualitas ibadah yaumiyahnya.
Itu tiga pelajaran yang saya dapatkan dari kisah alfatih. Super jlebb dan nampar to the max T-T ya? semoga kita bisa meneladani dan mengambil hikmahnya. Wallahu ‘alam bish shawab.
By: Tami Astie Ulhiza
0 Komentar: