Menjaring Berkah Bulan Ramadhan

June 18, 2016 Forum Tarbiyah 0 Komentar

Satu sore jelang buka di Istiqlal

Disadari atau tidak, begitu kita memasuki bulan Ramadhan banyak hal yang berbeda dengan bulan lainnya. Khususnya dalam ibadah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, umat Muslim di seluruh penjuru dunia.

Mungkin sebagian dari kita telah mengetahui keutamaan bulan Ramadhan itu sendiri. Atau bahkan mungkin kita sudah menyiapkan bermacam-macam agenda jauh-jauh hari dalam menyambut bulan Ramadhan bersama kerabat dan keluarga. 

Yang paling umum adalah agenda berbuka puasa bersama dengan kawan lama masa sekolah, teman kantor ataupun keluarga besar. Tidak ada salahnya ketika kita merencanakan hal itu semua, toh bulan Ramadhan sendiri adalah bulan penuh kasih sayang antar sesama manusia. 

Akan tetapi agenda yang sedemikian itu sedikit banyak mengalihkan fokus dan perhatian kita pada keutamaan bulan Ramadhan itu sendiri, kita sebagai manusia kadang terlenakan dengan dunia, kita lupa bahwasannya ada target khusus yang mesti kita capai setelah bulan Ramadhan berlalu. 

Akan terasa sangat rugi jika kita hanya melalui bulan Ramadhan dengan sekedar menjalin tali silaturahim dengan manuisa ataupun dengan hal keduniawian saja. Karena dua hal itu hanyalah sebagian kecil dari bulan Ramadhan yang intinya adalah kembali ke fitrah atau mensucikan diri kita dan menjadi lebih baik dari yang lalu.

Sepuluh hari pertama  bulan Ramadhan


Perlu diingat, bulan Ramadhan itu sendiri terbagi menjadi 3 bagian, dimana pada 10 hari pertama Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada kita. Salah satunya adalah kenikmatan berbuka puasa, dimana kita berhasil mengalahkan segala hawa nafsu kita, kita berhasil menahan anggota tubuh kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat. 

Tak luput juga, saat santap sahur menjadi salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita, sekalipun makan sahur sendiri adalah Sunnah tetapi didalamnya terdapat keberkahan. Dari sini lah Islam mengajarkan kita agar kehidupan dunia dan akhirat berjalan secara seimbang, dimana Allah SWT tidak serta merta memerintahkan kepada kita untuk berpuasa tanpa persiapan sama sekali (makan sahur). 

Setiap Muslim mendapat rahmat-Nya tanpa terkecuali, tak mengenal tua atau pun muda, kaya maupun miskin, semua mendapatkan porsi yang sesuai oleh-Nya. Salah satu amalan yang termasuk dibudayakan pada bulan Ramadhan adalah bersedekah dan berbagi kepada sesama. Kita mesti sadar bahwa harta yang kita miliki terdapat hak-hak orang lain yang lebih membutuhkan disamping kita. Kita harus menyisihkan sebagian harta kita untuk mereka, karena dalam bulan ini pahalanya dilipat gandakan lebih banyak dibanding bulan lain sekalipun hanya sekecil atom niscaya itu akan mejadi syafaat kepada kita di akhirat kelak.

Rasulullah SAW bersabda: “Berlindunglah kalian dari api neraka walaupun dengan separuh buah kurma.” [HR. Bukhari dan Muslim]. 

Banyak orangyang membutuhkan uluran tangan kita seperti orang yang sedang tertimpa masalah, yang sedang teraniaya, yang sedang telilit hutang, yang sedang menuntut ilmu, ataupun yang sedang diperantauan demi menjemput rizki. Alangkah indahnya bulan Ramadhan kita isi dengan suasana saling berbagi kepada sesama, Islam rahmatan llila’lamin. 

Sepuluh hari kedua


Pada 10 hari kedua Allah turun ke langit bumi di 1/3 malam untuk menghapus dosa-dosa hamba-Nya yang ingin bertaubat dimasa lalu. Kita adalah makhluk yang lemah, yang memiliki kekurangan, yang memiliki hawa nafsu, sudah sepatunyalah kita memohon ampun atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, baik itu sengaja maupun tidak sengaja, baik itu dosa besar atau pun dosa kecil. 

Tarawih di IIUM
Selama kita ada keinginan untuk bertaubat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama Allah akan mengampuni semua dosa-dosa kita yang telah lalu, asalkan kita tidak berpaling (syirik) dari-Nya. Allah SWT berfirman: “Katakan (wahai Muhammad), wahai ummatku yang menzalimi diri mereka dengan dosa, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. Kembalilah kalian kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum dating siksa kepada kalian lalu kalian tidak ditolong.” [QS. Az-Zumar: 53-53]. 

Pada 10 hari ini bulan Ramadhan diibaratkan seperti supermarket yang mengobral produk-produk dagangannya kepada konsumen dengan harga serendah-rendahnya. Logikanya, kita sebagai hamba Allah semestinya memanfaatkan kesempatan langka, yang mana hanya ada setahun sekali, ini dengan sebaik-baiknya. 

Ironisnya, beberapa kita banyak yang terlalu asyik dengan urusan dunia hingga 10 hari ini terlewatkan begitu saja. Bayak orang berbondong-bondong mengunjungi mall dan supermarket hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan mereka ketika Idul Fitri tiba ataupun sekedar membeli oleh-oleh untuk sanak keluarga di kampung. Sedangkan jamaah shalat tarawih semakin berkurang dari hari ke hari. Sangat teramat rugi apabila bulan Ramadhan berlalu tapi kita tidak mendapat ampunan dari Allah SWT.

Sepuluh hari terakhir


Pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah hari dimana Allah SWT membebaskan hamba-hambaNya dari api neraka. Bagaimana caranya?

Indahnya berbagi :)
Tentu dengan membaca Al-Qur’an yang semakin intensif, I’tikaf di masjid, menunaikan zakat dan ibadah-ibadah lainnya. Apalagi pada malam-malam ini terdapat malam Lailatul Qadar, dimana malam yang lebih mulia dari pada seribu bulan. Normalnya masa umur manusia sekitar 60-70 tahun selama hidup di dunia, akan tetapi dalam bulan Ramadhan ini Allah menghadiahkan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar yang mungkin mereka tidak pernah hidup sampai 1000 bulan lamanya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh telah ditampakkan padaku Lailatul Qadar, lantas aku lupa waktunya, namun ia terletak pada sepuluh hari terakhir (dari Ramadhan) yaitu pada malam-malam ganjilnya, dan aku bermimpi –pada malam itu- seakan-akan aku sujud pada tanah yang becek dengan air.” [Ibnu Hajar]. 

Dalam Hadits lain disebutkan: “Adalah Rasulullah SAW apabila telah tiba sepuluh hari terakhir (Ramadhan) beliau mengencangkan tali pinggangnya (meningkatkan kesungguhan ibadah), menghidupkan malam-malamnya (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya (untuk banyak beribadah).” [HR Bukhari]. 

Sungguh beruntung orang yang berhasil mendapatkan malam Lailatul Qadar dimana Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa yang telah lalu. Dimana seorang hamba Allah seperti terlahir kembali seperti seorang bayi yang baru lahir ke bumi, suci dan bersih dari dosa yang membelenggu. 

Apabila seorang Muslim memprioritaskan hidupnya untuk akhirat tentu ia akan menjadikan bulan Ramadhan kali ini yang terbaik seumur hidupnya, karena tidak ada yang bisa menjamin apakah ia akan bertemu dengan bulan Ramadhan lagi tahun depan atau kah tidak. Memprioritaskan disini dalam arti beribadah secara intens tanpa mengabaikan tanggung jawab, dan tugasnya di dunia. 

Jangan sampai kita terlena dengan dunia yang fana karena penyesalan selalu datang di akhir, hanya yang telah memasuki kuburlah yang merasakan mahalnya beribadah kepada Allah SWT semasa di dunia. Karena itu sudah seyogiyanya kita sebagai umat Muslim untuk selalu memberikan yang terbaik di bulan Ramadhan setiap tahunnya dan membawa kebiasaan baik tersebut ke bulan setelahnya. Wallahu a'lam bissawab.

Penulis: Tsabat Robbani 

Satu sore jelang buka di Istiqlal Disadari atau tidak, begitu kita memasuki bulan Ramadhan banyak hal yang berbeda dengan bulan lainnya. Khu...

0 Komentar: