Komitmen Dai Sejati

January 27, 2010 Forum Tarbiyah 0 Komentar

Ketika begitu banyak tanggung jawab yang harus dipikul dan kesibukan yang harus dituntaskan, seorang da’I bisa saja lupa dengan hakikat komitmennya terhadap dakwah sehingga lalai dengan hak-hak dakwah yang harus ditunaikannya. Dia menzalimi diri sendiri dan tidak membersihkannya, tidak mendidiknya, tidak mengontrol dan mengevaluasi (muhasabah), dan tidak meluruskannya. Bisa saja dial alai dengan hak-hak saudara-saudara seperjuangan dan dakwahnya. Merasa keberatan untuk mengorbankan hartanya dan hanya memberikan sedikit waktu yang tersisa dari semua aktivitasnya di kampus, di rumah, atau pekerjaan dunia lainnya.

Dia menjadi sering terlambat menghadiri liqa jika tidak meninggalkannya, serta meninggalkan tuntutan-tuntutan tarbiyah dan dakwah lainnya seperti meninggalkan dauroh-dauroh, tatsqif, mabit, serta yang sejenisnya. Semua tugasnya dilakukan hanya berdasarkan kecenderungan dan kemauan dirinya.

Untuk itu, adalah penting untuk kembali mengemukakan kepada diri sendiri, pertanyaan-pertanyaan tentang komitmen kita kepada dakwah. Apakah cukup dengan sekedar mendukung dan mengagumi dakwah? Atau apakah cukup hanya dengan bergabung sebagai kadernya? Apakah bentuk peran aktif yang kita berikan terhadap harakah dakwah ini?

Keputusan seseorang untuk bergabung dalam gerakan dakwah menuntut orang tersebut untuk senantiasa meluruskan dan memperbarui komitmennya agar tidak ada lagi awan keraguan yang menyelimuti dirinya. Dalam setiap amal dan aktivitas yang dilakukannya, hendaknya seorang dai senantiasa mengingat bahwa dirinya telah terikat dengan prinsip-prinsip dakwah dan dituntut untuk selalu istiqamah dengan semua aturan dan tata-tertibnya. Terutama jika seorang dai telah mengetahui dan menyadari bahwa dakwah yang digelutinya bersifat Islami, yang mengadopsi prinsip-prinsip dan aturannya dari prinsip-prinsip dan aturan yang diturunkan oleh Allah SWT. Saat itu seorang dai harus menyadari bahwa banyak konsekuensi dan amanah yang harus ditunaikannya dengan sempurna.
  • Jika komitmen seorang dai benar-benar tulus…., maka tidak akan banyak dai yang berguguran ditengah jalan.
  • Jika komitmen seorang dai benar-benar tulus…., niscaya hati sekian banyak orang akan menjadi bersih, fikiran mereka bersatu, dan fenomena ingin menang sendiri saat berbeda pendapat akan terhindarkan.
  • Jika komitmen seorang dai benar-benar tulus…., maka dia tidak akan perduli apakah ditempatkan di bagian belakang ataupun depan, apakah sebagai jundi yang tidak dikenal sama sekali ataukah sebagai qiyadah yang harus mengeluarkan keputusan-keputusan.
  • Jika komitmen seorang dai benar-benar tulus…., maka tidak akan sisa ruang dihatinya kecuali rasa cinta dan memaafkan kepada saudara-saudara seperjuangannya.
  • Jika komitmen seorang dai benar-benar tulus…., maka semua akan sangat menghargai waktu. Tidak akan tersisa waktunya kecuali ia mereka sedang beribadah kepada Allah SWY di sudut mihrab atau sedang berdakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
  • Jika komitmen seorang dai benar-benar tulus…., maka setiap orang yang kurang kuat komitmennya akan menangis, sementara yang bersungguh-sungguh dengan komitmennya akan menyesali dirinya karena ingin berbuat lebih banyak dengan harapan keridloan Allah SWT.

Sesungguhnya jawaban atas pernyataan-pernyataan di atas hanya bisa difahami oleh dua kelompok dai:
  1. Mereka yang telah mengetahui jalan dakwah dan menyadari hakikat komitmennya terhadap dakwah.
  2. Mereka yang kehilangan makna komitmen dalam dakwahnya, dan telah menyimpang dari jalan yang seharusnya ditempuh. Dirinya menjadi lemah dan menyerah kepada realitas hidup sehingga terpengaruh oleh lingkungannya. Padahal semestinya seorang dai-lah yang memberi pengaruh kepada lingkungannya, bukan sebaliknya.

Semakin jauh jalan yang ditempuh seorang dai dari jalan yang semestinya dilaluinya, maka tekadnya akan semakin lemah, komitmen dan kekuatannya akan semakin rapuh, sehingga menyebabkan ia makin terpuruk, lalai dan ceroboh terhadap amanah-amanah dakwah.

Itulah yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam ketika mereka berusaha menyebarkan perasaan kecewa yang mendalam disebabkan harakah tidak menghargai amal-amalnya, rasa putus asa dan malas, serta rasa cinta dunia yang berlebihan didalam diri setiap mujahid.

Kita memohon kepada Allah SWT agar Dia menganugerahkan kebenaran untuk kita, membuat kita saling mencintai karena keimanan kepada-Nya, dan agar Dia menghias hati-hati kita dengan perasaan cinta dan maaf yang dilandasi dengan keimanan yang kuat kepada-Nya. Serta agar tertanam kebencian dalam diri kita terhadap rasa malas dan kekafiran, kemaksiatan dan kekejian, serta agar Dia menjadikan kita sebagai orang-orang yang mendapat petunjuk. Amin.

Gombak,

MUA

January 2010/ Safar 1431 H

*) Tulisan ini adalah ringkasan dari buku Komitmen Dai Sejati, karya Muhammad Abduh, diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Asep Sobari Lc, dan diterbitkan oleh Al-I'tishom Jakarta, 2006

Ketika begitu banyak tanggung jawab yang harus dipikul dan kesibukan yang harus dituntaskan, seorang da’I bisa saja lupa dengan hakikat komi...

0 Komentar: