Selintas Penjelasan tentang Halalan Thayyiban~
Berbicara mengenai makanan halal dan thayyib rasanya bukan perkara baru. Namun, terkadang kita sebagai Muslim/ah, masih suka menganggap sepele dalam memilih makanan yang halal dan juga thayyib. Terinspirasi dari bapak Agung Nurcholis dalam tulisannya “Menggali Lebih Dalam Makna Halalan & Thayyiba”, kata “Halal” dalam Al-Qur’an menunjukkan apa-apa yang tidak dilarang dalam Islam. So, banyak banget kan sebenernya yang di halal kan oleh Allah. Ibarat irisan dalam matematika, halal itu punya porsi yang lebih besar dari porsi haram.
Tapi bagaimana pun juga kita harus tetap be aware, karena makanan yang baik bisa tidak menjadi halal ketika diproses tanpa mengikuti syariat Islam. Seperti dalam surat Al-an’am, ayat 118 menjelaskan bahwa Allah mewajibkan kepada umat Muslim untuk menyebut nama Allah sebelum menyembelih binatang dan binatang untuk dikonsumsi. Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya dan ketika kamu beriman kepada ayat-ayatnya.
Itu baru tentang tata cara menyembelih daging dari binatang halal. Ada juga fenomena yang belum lama yang mungkin bisa menambah awareness kita, coklat! Ya, coklat yang kita tau “jelas-jelas halal” mungkin bisa disalah gunakan oleh sebagian produser coklat dengan menambahkan zat yang tidak dibolehkan dalam Islam, yaa walaupun sudah tertera jelas cap halal, namun kita harus tetap berhati-hati. Lebih lagi, terkadang banyak juga coklat yang tidak ada lambang halalnya. Intinya, selalu rajin ya liat cap halal dan kandungannya.
Kalau makanannya sudah halal, di proses dengan cara yang baik, tapi didapatkan dengan cara mencuri, hmm itu ga bagus juga loh. Alangkah lebih baiknya kalau kita juga perhatian sama sumber uang yang untuk mendapatkan makanan tersebut, kalau uangnya didapat dari hasil jambret?. Hmmm ga thayyib deh jadinya. Kesimpulannya, ada tiga point penting dalam memilih makanan. Pertama, bahan dasar makanan itu sendiri yang harus memnuhi syari’at, kedua, proses pembuatan atau penyembelihannya, dan yang terakhir adalah proses mendapatkan makanan tersebut.
Tapi bagaimana pun juga kita harus tetap be aware, karena makanan yang baik bisa tidak menjadi halal ketika diproses tanpa mengikuti syariat Islam. Seperti dalam surat Al-an’am, ayat 118 menjelaskan bahwa Allah mewajibkan kepada umat Muslim untuk menyebut nama Allah sebelum menyembelih binatang dan binatang untuk dikonsumsi. Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya dan ketika kamu beriman kepada ayat-ayatnya.
Itu baru tentang tata cara menyembelih daging dari binatang halal. Ada juga fenomena yang belum lama yang mungkin bisa menambah awareness kita, coklat! Ya, coklat yang kita tau “jelas-jelas halal” mungkin bisa disalah gunakan oleh sebagian produser coklat dengan menambahkan zat yang tidak dibolehkan dalam Islam, yaa walaupun sudah tertera jelas cap halal, namun kita harus tetap berhati-hati. Lebih lagi, terkadang banyak juga coklat yang tidak ada lambang halalnya. Intinya, selalu rajin ya liat cap halal dan kandungannya.
Kalau makanannya sudah halal, di proses dengan cara yang baik, tapi didapatkan dengan cara mencuri, hmm itu ga bagus juga loh. Alangkah lebih baiknya kalau kita juga perhatian sama sumber uang yang untuk mendapatkan makanan tersebut, kalau uangnya didapat dari hasil jambret?. Hmmm ga thayyib deh jadinya. Kesimpulannya, ada tiga point penting dalam memilih makanan. Pertama, bahan dasar makanan itu sendiri yang harus memnuhi syari’at, kedua, proses pembuatan atau penyembelihannya, dan yang terakhir adalah proses mendapatkan makanan tersebut.
Muter-muter ngomongin soal makanan halal dan thayyib, emang seberapa penting sih bagi kita? Untuk pengingat aja nih, kalau daging yang ada di tubuh kita, darah yang mengalir, dan energi yang kita miliki kan datangnya dari makanan yang kita makan. Jadi, baik atau buruknya makanan itu berpengaruh besar sama jiwa dan raga kita. Men sana in corpore sano yang artinya “Dari tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Kalau kita bisa maintain ke-halalan dan ke-thayyiban makanan kita, inshaAllah, Allah juga akan menjaga tubuh, jiwa dan keturunan generasi kita selanjutnya karena mereka tercipta dari gumpalan darah kita sendiri. Wallahu a'lam bishawab.
By: Mubasysyarah
0 Komentar: