Mari Berfikir Positif
"Jemari saya dengan cepat menuliskan kelemahan, namun tatkala diminta me-list hal hal positif perlu berpikir lebih lama untuk menuliskannya."
Barangkali ada di antara pembaca sekalian yang pernah melakukan simulasi berikut, namun tak ada salahnya mencobanya lagi. Dan bagi yang belum, jangan segan untuk melakukan permainan yang sangat sederhana ini. Cukup siapkan selembar kertas, pen dan alarm. Setel alarm selama 60 detik, lantas tuliskan dengan cepat kekurangan anda. Ok……Stooop!
Sekarang setel kembali alarm dengan waktu yang sama, lantas sebutkan dengan cepat kelebihan anda. Nah, bagaimana hasilnya ? Mana yang lebih mudah bagi anda, apakah ketika anda menuliskan kekurangan dalam waktu singkat itu atau sebaliknya?
Saya sudah pernah mencoba permainan diatas. Jemari saya dengan cepat menuliskan kelemahan, namun tatkala diminta me-list hal hal positif perlu berpikir lebih lama untuk menuliskannya. Pikiran saya seperti sedang melakukan pertimbangan pertimbangan yang menafikan apa yang akan saya tulis. “Ah..nanti dianggap sombong”, “eee betul tidak ya ini kelebihan ku?” “Kayaknya ini nilai positifku,.tapi..”
Begitulah kira kira yang ada dalam pikiran saya, sehingga list kelemahan saya lebih banyak dari pada poin poin kelebihan. Bagaimana dengan anda? Alhamdulillah jika anda berhasil melihat sisi sisi positif pada diri anda, berarti anda adalah termasuk orang yang berpikir positif dan bersyukur. Namun jika sebaliknya, jangan berputus asa bukankah yang anda lakukan itu hanya berupa permainan? Dimana permainan tersebut dapat menjadi sarana bagi anda untuk meng-instropeksi diri.
Walau hanya sebuah simulasi, bisa jadi itulah sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan sehari hari. Kita cenderung terfokus pada keterbatasan apa yang kita punya ketimbang peluang apa yang kita miliki, disebabkan kita selalu memelihara sifat dasar kemanusiaan kita yang cenderung berkeluh kesah. Kemudian, cenderung menilai sisi positif tersebut sebagai sesuatu yang terlalu sederhana, sepele dan tidak hebat dikarenakan kita senantiasa membandingkannya dengan prestasi orang lain. Sehingga potensi luar biasa yang terpendam dalam diri tidak tersalurkan, baik itu untuk kemaslahatan pribadi apalagi untuk orang orang sekitar.
Banyak orang sederhana yang hidup dalam serba keterbatasan, namun begitu jeli melihat potensi kebaikan yang ada pada dirinya untuk kebahagiaan orang lain.
Pak Slamet, yang kini berusia 63 tahun bekerja disebuah Klinik yang digratiskan untuk para penderita TBC yang kurang mampu. Tugasnya adalah melakukan kunjungan ke para pasien yang tidak telaten pergi berobat, mengingatkan mereka agar rutin minum obat dan ke klinik. Kunjungan dilakukannya dengan sepeda, kecuali jika jarak rumah pasien terlalu jauh. Pekerjaan itu telah dilakukannya selama 30 tahun. Menurutnya, meski hidup dengan kekurangan materi namun ia tetap bisa membantu orang lain agar mereka bisa sembuh dengan rutin berobat gratis. Sungguh merupakan sebuah kesenangan bagi dirinya.
Chen Shu-Chu, wanita yang sehari hari perprofesi sebagai pedagang kecil sayur mayur di pasar ini dengan sengaja menyisihkan uang hasil keuntungan berjualan untuk anak anak miskin dan bantuan ke beberapa sekolah dan lembaga sosial. Kegiatan menyisihkan uang ini telah dilakukannya sejak 17 tahun yang lalu, hingga jika dikumpulkan sampai tahun 2010 ini (ketika ia menerima penghargaan 2010 Asian of the Year) donasinya telah bernilai lebih dari $300,000. Banyak yang bertanya bagaimana mungkin hanya seorang pedagang sayur mampu menyumbang uang sebanyak itu? Ternyata filosofinya cukup sederhana, “Spend only what you need, and you’ll be able to save up a lot of money”. Maka tak heran jika ia rela hidup seadanya demi menyisihkan sebagian hasil keringatnya untuk orang lain. Walau hanya pedagang sayur, dia telah membuktikan bahwa siapapun berhak menebar potensi kebaikan.
Komunitas Dongeng Belalang Kupu Kupu, merupakan komunitas yang melakukan aktivitas sosial. Berawal dari mata kuliah yang berkenaan dengan mendongeng akhirnya sekumpulan mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan UI ini bertekad mempopulerkan dongeng kepada anak anak di tengah dominasi program program televisi yang kebanyakan tak mendidik. Mereka yakin bahwa kebiasaan bercerita sangat efektif untuk menanamkan hikmah hikmah bermanfaat bagi kehidupan anak anak tersebut. Alhamdulillah, anak anak yang mereka datangi untuk dihibur dengan dongeng cukup antusias, bahkan ada yang meminta cerita kesukaan mereka untuk dibawakan. Ternyata bermanfaat sekali memiliki kepandaian bercerita atau mendongeng, bisa menjadi sarana hiburan sekaligus mendidik.
Orang mungkin heran dengan seorang Ahmad Junaidi. Pemuda yang berseragam mirip polisi ini, tiap pagi dan sore berinisiatif untuk turun ke jalan guna mengatur lalu lintas yang tengah padat padatnya. Pemuda berkursi roda yang telah cacat sejak lahir ini memang bukanlah polisi sungguhan melainkan pemuda biasa yang tak melihat kekurangannya sebagai sebuah hambatan. Keahliannya mengatur lalu lintas tanpa meminta imbalan dari pengemudi merupakan sebuah kenikmatan hidup bagi dirinya.
Demikianlah orang orang biasa yang menjadi istimewa karena mereka tak melihat kelemahan mendominasi kelebihannya melainkan senantiasa berpikiran positif. Kisah mereka bisa menjadi pelecut semangat, dan tentunya tidak lupa berdo’a pada Allah yang memiliki jiwa agar senantiasa menanamkan keyakinan dalam pikiran kita. Untuk itu, Rasulullah mengajarkan sebuah do’a: “Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari segala kegelisahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari segala kelenmahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan kesewenangan orang.”
Nah, coba lihat kembali hasil simulasi yang anda lakukan tadi, lihat kelemahan anda dengan lebih cermat,pasti banyak diantaranya tanpa anda sadari bisa menjadi suatu hal yang positif. Atau ulangi kembali games nya, pasti anda lebih bersemangat menjabarkan kelebihan anda. Insya Allah apa yang anda tuliskan akan terefleksi dalam kehidupan anda.
Penulis: Dewi Saniati
Referensi:
Majalah At Tarbawi edisi 222, tahun 11 dan Edisi 245, tahun 12
Reader’s Digest, Edisi Desember 2010.
10 Jurus Terlarang, Ippho santosa.
0 Komentar: