Berkarya Untuk Indonesia
Dr. Mira dan Dr. Abduh, pemateri |
Dimulai dengan basmalah, pagi yang cerah hari itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Sekitar pukul 10 pagi, mahasiswa Indonesia di IIUM mulai berdatangan dan memenuhi ruangan LT 1 Edu. Terpancar aura semangat yang membara diwajah para ksatria bangsa ini. Semangat untuk mengubah tanah air tercinta Indonesia untuk menjadi lebih baik. Tidak lain kedatangan mereka, ialah untuk menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan oleh FOTAR (Forum Tarbiyah) pada tanggal 16 Februari 2013. Sebuah acara Indonesian Forum dengan tema “Berkarya Untuk Indonesia”, ternyata cukup menarik minat para mahasiswa Indonesia di IIUM.
Dalam Indonesian Forum kali ini, menghadirkan dua pembicara yang sudah tak asing lagi bagi mahasiswa Indonesia di IIUM yaitu, Ust. Muhammad Abduh yang merupakan dosen ekonomi di IIUM dan Dr. Mira Kartiwi yang juga merupakan dosen ICT. Tanpa menunggu lama, acara pun dibuka oleh MC. Kalau bukan setetes tinta, tak akan ku ubah sebait puisi, kalau bukan karena Indonesia, tak akan bersua kita disini. Begitulah pantun pembuka yang dibawakan oleh MC kita yang tak lain ialah sekertaris FOTAR, Muhammad Hadi. Suasana ruangan LT 1 Edu pun bertambah keberkahannya ketika lantunan ayat Ar-Rahman dibacakan oleh Akh. Idris. Setelah pembacaan kalam illahi dilantunkan, MC pun mempersilahkan Ust. Jamal untuk memberikan sambutan sebagai perwakilan dari ketua FOTAR yang saat itu berhalangan hadir. Seperti biasa, sebuah forum tentunya dipimpin oleh seorang moderator. Kali ini moderatornya ialah seseorang yang dikenal dengan semboyan “alright…”, siapa lagi kalau bukan Akh. Ali Rakhman.
Dengan gayanya yang khas, ia mulai membuka forum dengan beberapa bait pantunnya. Sedikit tawa dari para audience membuat suasana lebih santai. Tidak berlama-lama, moderator pun mempersilahkan Dr. Mira Kartiwi untuk memberikan tausiyahnya. Beliau memulainya dengan menceritakan beberapa pengalaman ketika ia harus berjuang dengan lingkungan yang heterogen dan menjadi satu-satunya mahasiswi muslim di salah satu universitas di Australia. Cobaan dan teror diberikan kepada beliau, hingga membuat beberapa temannya harus membuka hijabnya. Namun, sebuah kata “TIDAK“ menjadi prinsip beliau. Ia tetap menjaga “IZZAH” nya (kehormatan diri), sampai ia lulus dengan predikat cumlaude dalam program Ph.D nya. Dari sini juga, beliau mengenal tarbiyah dan dapat berdakwah cerdas.
Begitu juga dengan pembicara kedua kita Ust. Abduh. Beliau berbagi seputar kisah perjalanan hidupnya. Sebuah perjalanan hidup yang dibangun mulai dari nol hingga sukses. Beliau mengatakan bahwasannya ada dua hal yang merupakan kunci kesuksesannya selama ini yaitu, beliau tidak pernah meninggalkan halaqoh dan belajar. Bahwasanya sebuah kesuksesan itu tidak dapat didapatkan secara instan, perlu ada ikhtiar juga do’a disetiap langkah untuk menggapainya.
Apa kaitan dari kisah hidup kedua pembicara dengan berkarya untuk Indonesia? Kedua pembicara kita bisa dibilang anak bangsa yang dibanggakan Indonesia. Tidak ada yang menyangka, hidup dalam kesederhanaan, mereka dapat menggapai mimpi-mimpi yang tinggi. Semua terjadi tentunya dengan izin Allah. Dengan tergapainya impian itu, mereka dapat mengharumkan nama Negara Indonesia dan juga berhasil mengukir prestasi tidak hanya di dalam negeri tapi juga internasional. Setelah menempuh pendidikan tinggi yang berkualitas, mereka dapat berkontribusi untuk kemajuan Indonesia. Walaupun sekarang mengajar di IIUM, mereka berjanji apabila suatu hari jasa mereka di Indonesia diperlukan, dengan senang hati akan balik ke Indonesia untuk menjadikan negara kita lebih baik dan maju. Memang terkadang dari negara kita sendiri yang tidak mau menerima orang-orang hebat seperti mereka. Tapi, alangkah baiknya, bagi siapapun pejuang ilmu yang studi overseas, dapat kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 siang. Kini saatnya menyaksikan puncak acara pada hari itu yaitu, “Academic Award”. Academic Award ialah sebuah ajang pemberian penghargaan bagi para mahasiswa Indonesia berprestasi dengan CGPA diatas 3.5.
Pemberian sertifikat pun diberikan langsung oleh Ust. Abduh. Selamat bagi nama-nama diatas. Semoga dapat terus mempertahankan prestasinya. Untuk yang namanya belum tercantum, diharapkan ajang seperti ini sebagai motivasi dalam belajar. Jangan menyerah, tetaplah berjuang! Masih ada hari esok dan seterusnya.
Berbeda dari biasanya, di penghujung acara kali ini para audience di buat terpukau dengan sebuah puisi karya anak bangsa yang berasal dari “Negeri Lancang Kuning” ialah Taufik dan Muhammad Hadi dengan judul “Bagaimana Kalau Kita Berkarya”. Hingga sampailah pada penghujung acara yang ditutup dengan do’a dan sesi foto bersama. Kalau ada jarum yang patah, jangan simpan di dalam peti, kalau ada silaf kata, jangan dilapor polisi. Yusuf dian makan ikan hiu, cukup sekian thank you.
0 Komentar: