TIGA RIWAYAT MENOKTAH RINDU
Hari ini pintu rindu itu kian terdedah
menyematkan aroma wangi ke segenap sisi hati
namun senoktah hitam pukau masyghulnya
gelapkan suluhan azam dan galauku
yang lama akan membuncah
aku tak mampu merapal riaknya tak juga bisa mampu
kutahan dan kumuntahkan jua
karena piawai sang perasuk sudah berlabuh, merapah
wahai ananda simaklah azimat
sebelum bunga berduri menyemat
menusuk badan yang bertebiat
peluklah rinduNya agar selalu selamat
(Dua// Melapah Semak Jerami)
Aku mulai kaku saat mengeja salah
melapah semak istana rumahku dengan gamang
pahatan rindu itu sedang disinggah jerami bencana
memamahkan rasa kuasaNya mengusik sayangNya
entahlah rindu itu akan abadi terlukis di kanvas diri
harus kuhentikan segala puak luka ini
Muasal talqin para perasuk terus berlabuh
sampai umurku mendewasa, rambutmu memutih tua
lembaran putih akan benar-benar legam
geliat pena warna kian buram tak mampu menari indah
dan mimpi tentang negeri sejahtera
tak bisa ditambat seleksa
aku coba menakah dan melangkah sehasta ingin wariskan faedah
pahamilah ananda hidup haruslah bersyarak
tunaikan harapNya jangan mengelak
untukmu dan itu ihwal yang mustahak
agar pelayaran hidup jauh dari membengak
saatnya menyambut bahagia dari tinta emas mushafMu
meski pernah berlabuh sejenak di lukisan palsu
maka sekarang harus miliki jejak rindu
terpaut dalam matlamat yang baharu
(Tiga// Mengaji Tiga Dimensi Rabbani)
Sudah lazimnya insan merapal zikir lagi tunaikan jejak yang pupuh
dengan meremajakan niat mendewasakan taat
negeri ini akan tersenyum
karena selalu ada mindah dan hati menyatu
menoktahkan talqin rindunya untuk
Tuhan semesta, mari mengaji keadilan
ruhiyyah fikriyyah jasadiyyah
0 Komentar: