Kebaikan: Lagi, Lagi dan Lagi
Islam, agama rahmatan lil'alamin ini selalu memacu penganutnya untuk istiqamah dalam kebaikan. Apapun kebaikan itu, sekecil apapun ia dimata manusia, sebagai muslim kita harus mengerjakannya. "Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit". Pepatah yang sering dikaitkan dengan menabung ini juga berlaku pada amalan-amalan yang kita lakukan. Ya, tabungan akhirat!
Akhir-akhir ini, sering sekali kita perhatikan, lihat, baca, bahkan mendengar orang-orang yang menyuarakan kebaikan. Mereka memperlihatkan dan mempublikasikan kebaikan yang mereka lakukan, baik secara tulisan maupun lisan, baik yang membawa 'label' nama sendiri, instansi, atau organisasi.
Tindakan ini ternyata melahirkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Banyak sekali orang yang menyorakkan pendapatnya. Bahkan ada juga yang menuding, bahkan memfitnah orang-orang yang melakukan hal tersebut. Mereka berteriak "tidak ikhlas nih kerjanya, pake dipamer-pamerin".
Inilah anehnya di dunia kita sekarang. Kemaksiatan sudah tersebar dimana-mana. Tak ada lagi daerah yang bebas dari maksiat-maksiat besar, apalagi yang kecil. Kalau dulu pemaksiat masih malu-malu dan menyembunyikan kemaksiatan mereka, namun sekarang semua sudah mencuat dan menampakkan diri dengan percaya diri. Ini keburukan masbro! Mau jadi apa negri kita jika kita tidak melawan kembali dengan me'maharajalela'kan kebaikan?
Ya! Kita kembali pada poin awal. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang sudah sangat familiar "sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya".
Hei hei! Yakinkah kita bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui hal-hal yang ghaib? Kalau kita yakin, seharusnya kita juga paham bahwa hanya Allah saja yang layak menilai ikhlas atau tidaknya seseorang dalam beramal. Lalu mengapa kita susah-susah berteriak "lu ikhlas ngga sih?" Kepada orang yang berusaha menebar kebaikan?
Ya! Terkadang pikiran kita begitu sempit. Terhambat oleh bisikan-bisikan makhluk yang dilaknat Allah atau juga karena nafsu dunia kita yang tak terbendung. Memang, kita diharuskan untuk memiliki amalan-amalan yang tersembunyi untuk menjaga hati kita. Nah, karna ia tersembunyi, kita tidak akan tau amalan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang itu ketika mata tidak tertuju pada mereka. Bisa jadi mereka memiliki amalan yang jauh lebih besar dari yang kita duga.
Ketika para penggerak organisasi/instansi tidak menunjukkan bukti-bukti kerja nyata mereka, kita sibuk mempertanyakan "kerja apa selama ini?". Tapi, disaat mereka sudah meng-ekspos segala aktifitas mereka, kita malah mengatakan bahwa ada indikasi ketidak ikhlasan di dalamnya. Lalu, apa yang kita inginkan sebenarnya?
Allah sama sekali tidak mencela orang-orang yang memperlihatkan amal baiknya ke orang lain dan mereka tetap mendapatkan pahala disisi-Nya. Dalam al-qur'an Allah berfirman "orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari secara sembunyi-sembunyi atau dengan publikasi, maka bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka dan tak ada ketakutan bagi mereka dan mereka tidak bersedih"
Teman, sudah saatnya kita me'maharajalela'kan kebaikan di negri ini. Agar kemaksiatan tersingkir dan negri kita terhindar dari kemerosotan yang terlihat semakin mendalam. Biarlah Allah yang mengurus dan menilai keikhlasan dalam diri seseorang. Tugas kita hanyalah sebagai da'i (penghimbau/penyampai) bukan sebagai hakim (penghukum/penilai). Tindakan mereka jauh lebih baik daripada diam tak bergerak.
"Jika kita tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, maka kita akan disibukan dengan kebathilan". Maka, sibukkanlah diri dan negri ini dengan kebaikan. Semangat menebar kebaikan!
Penulis: Shofia Shabrina
0 Komentar: