Kami Bersaudara
Setelah assembly mingguan yang sudah menjadi rutinitas selasa pagi bagi kami para murid, tidak seperti biasanya, Ms. Collins memanggil aku untuk datang ke ruangannya. Aku pun mulai mengingat apa yang aku lakukan selama seminggu lalu. Sepertinya tidak ada yang salah.
Sesampainya aku diruangan wali kelas 8A itu, beliau langsung menjelaskan alasannya kepadaku, tanpa basa-basi.
"There is another Indonesian transferred student, her name is Nanda. I want you to be her buddy."
Sudah menjadi sebuah tradisi sekolah ini untuk seorang murid baru mempunyai seorang buddy, dimana buddy nya akan membimbing dan membantu murid baru tersebut sampai murid baru ini familiar dengan sekolah kami. Apalagi untuk seorang murid baru dari negara yang tidak berbahasa inggris. Istilah lainnya, aku bakal jadi guide merangkap translator nya dia.
"Mimpi apa aku semalam!", teriakku dalam hati. Sudah terlalu banyak murid baru dari Indonesia semester ini. Teman-temanku yang dipercaya menjadi buddy dari yang dulunya semangat sampai merasa terganggu. Biasanya anak baru itu cupu dan norak, mungkin karena terkena culture shock. Dan itu membuat kami anak lama sedikit risih. Walaupun aku tidak begitu setuju dengan teman-temanku, tapi aku hanya bisa menertawakan mereka sambil berharap hal itu tidak terjadi padaku aku tidak akan pernah kena. Dan sekarang giliranku.
"I'm sorry but you're the only Indonesian girl in the class. I dont want to make her awkward to have a guy buddy", Ms. Collins mencoba menjelaskan. Sepertinya mukaku mengatakan dengan jelas kalau aku keberatan, dan Ms. Collins sadar akan hal itu.
"If you don’t have anymore question, you’re dismissed. She's coming tomorrow. I'll introduce you guys. Sorry Aya, I need to prepare for the class", dan aku pun harus segera ke kelas juga. Jam pertama kelas Mr. O'brien, tidak boleh telat bahkan semenit pun.
"Alright, miss", cuma itu yang keluar dari mulutku. Bukan aku tidak mau membantu atau menolak menambah teman atau termakan keluhan teman-temanku yang lain, tapi ini sudah dekat dengan ujian akhir. Kenapa harus sekarang sih si Nanda ini pindah?
---
"Aya, this is Nanda. And Nanda this is Aya. She will be your buddy and she will help you with school stuff. Hope you two get along well", ucap Ms. Collins keesokan harinya.
Dan begitulah aku kenal dengan Nanda. Hari-hari selanjutnya penuh dengan mempersiapkan final dan mencoba menjauh dari Nanda. Dan lama-kelamaan aku berfikir, buat apa juga aku tolong dia, hanya gara-gara aku satu negara dengan dia? Toh dia juga bukan siapa-siapa.
---
"Aya siap-siap kita mau kerumah Kekda", teriak Mama dari dapur. Satu-satu nya keluarga kami disini, sepupu jauh Nenek ku yang kupanggil Kekda dan Nekda. Hidup dan tinggal di tempat 3000 mil jauhnya dari keluarga besar, rasanya beruntung sekali punya saudara, walaupun tidak begitu dekat.
"Abis itu bantuin mama didapur ya. Ada tante Mira sama keluarga sepupunya juga datang kerumah Nekda, jadi mau bawa kue lebih", tambah Mama.
"Wah tante Mira juga ada ma? Oke bentar ya maa!", jawabku dengan semangat. Tante Mira itu orangnya baik sekali, dia guru di sekolahku dan dia salah satu guru paling asik di sekolah. Dia adik iparnya Nekda, tentu saja aku bangga masih ada hubungan saudara dengan guru terfavorit satu sekolah.
Tanpa banyak tanya aku pun segera mempersiapkan diri. Sudah menjadi rutinitas setiap dua sampai 3 minggu sekali keluargaku berkunjung ke rumah Kekda juga.
Setibanya kami di rumah Kekda, rasanya jantungku mau lepas dan melarikan diri dari tempatnya. Nanda duduk dengan manis di ruang tamu dan tante Mira langsung menghampiri aku dan berkata, "Aya, tante mau kamu kenalan dengan ponakan tante ini, anaknya om Ilham sepupu tante. Kamu year 8 kan? Sama dong ya sama Nanda. Nanda sini kenalin ini Aya. Nanda ini baru masuk jadi tolong-tolong lah dia ya Aya", celoteh tante Mira dengan semangatnya tanpa membiarkan aku ataupun Nanda menjelaskan bahwa kita sudah lebih duluan kenal.
Jadi, dia itu anak sepupunya adek ipar isitrinya sepupu nenekku?
---
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (49:10)
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (49:10)
Dan juga rasulullah bersabda:
عَنْ أبْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ لا يَضْلِمُهُ ولايخذله وَلا يُسْلِمُهُ
"Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata: "Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzdalimi dan meremehkannya dan jangan pula menykitinya." (HR. Ahmad, Bukhori dan Muslim)
Sudah jelas dari kedua pedoman utama kita sebagai umat Muslim menjelaskan bahwa sesama umat Muslim itu bersaudara. Tidak harus mempunyai ikatan darah untuk mengatakan bahwa dia adalah kakak atau adikku. Tidak harus tertulis di silsilah keluarga yang sama untuk mengakui kalau dia adalah tante atau pamanku. Terlebih kalau itu menjadi suatu alasan untuk tidak membantu saudara Muslim lainnya. Semoga kita terhindar dari keburukan tersebut dan termasuk Muslim yang rela membantu sesama Muslim lainnya. Wallahua'lam.
Penulis : Balqis Wulandara Supriatna
Penulis : Balqis Wulandara Supriatna
0 Komentar: