Krisisnya Ketaatan dari Panggung Klasik Hingga Dunia Modern

January 25, 2017 Forum Tarbiyah 0 Komentar

Gambar : agammadani.blogspot.co.id

Fitrahnya manusia adalah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, mencari titik kebenaran dalam pola pikir dan usaha yang menuntunnya ke ranah semangat mencapai kesuksesan. Tetapi yang selalu menjadi titik sebuah kendala, yang terjadi malah sebaliknya, terkadang banyak orang yang telah meniatkan untuk itu semua berhenti ditengah angan, dan krisisnya pemahaman tentang pandangan hidup yang sejati kalah dengan keadaan di lapangan. Hanya kesadaran akan pentingnya kesempatan dan peluang yang akan membantu untuk memacukan diri menjadi manusia pilihan, bukan lantaran haus akan pujian, bukan dahaga akan sanjungan, semua yang diusahakan karena kebaikan di penghujung kehidupan.

Bagi kita orang yang beriman, ketaatan sangatlah penting dalam sikap bermuamalah dengan sesama manusia dan sang kholik. Fokus melihat perkembangan zaman saat ini yang terus maju dalam segala aspeknya seperti teknologi, keilmuan, informasi dan komunikasi. Logis sekali jika orang akan berpikir untuk berupaya membuat segala sesuatu lebih praktis dalam mengerjakannya dan efektif dalam batasan waktunya, tidak hanya dalam prespektif khayalan akan tetapi untuk mewujudkan masa depan idaman.

Banyak sekali manfaat yang kita bisa petik dari perkembangan dan kemajuan di zaman ini. Tetapi, disisi lain secara tidak sadar penerapan nilai dan intinya pendidikan moral dan spiritual semakin terkikis dengan gejala ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dan karakter seseorang pada zaman modern yang relatif mengikuti lingkungan dan kebudayan asing sangatlah berpengaruh dalam membentuk ketaatan kepada sesama dan jalannya pola pikir. Krisis ketaatan yang banyak menghinggapi seseorang di masa sekarang ini tengah mencapai posisi puncak dan sangat memperihatinkan. Orang-orang  yang tenggelam dalam kelalaian, bahkan lupa dalam mengerjakan ibadah kepada pemilik alam. Posisi guru hanya sekedar formalitas dalam mengajar didalam kelas, seorang anak lupa dengan orang tuanya dan orang tua mengabaikan anaknya, dan masih banyak lagi contoh krisis ketaatan  yang terjadi di zaman ini .

Sebagai muslim yang berpendidikan, tentunya kita tidak dapat menyalahkan orang tua, generasi muda, dan kondisi lingkungan. Gejala seperti ini tentunya tidak dapat dibiarkan dan perlu solusi yang cerdas dalam menanggulangi krisis ketaatan saat ini.
Menurut  beberapa pandangan, saat ini merosotnya ketaatan seseorang banyak didominasi oleh beberapa faktor. Faktor pertama, dari segi internal, kurangnya kesadaran tentang sebab dan dampak yang dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal seperti ini terjadi karena kurangnya iman. Sehingga,  akhlak dan karakter seseorang  secara perlahan terbentuk dengan kebiasaan mengikuti keinginan hawa nafsunya.

Faktor kedua, dari segi eksternal, seperti maraknya tayangan di televisi yang memaparkan kehidupan seseorang, tentunya tidak terlepas dari masalah akhlak dan kebudayaan barat yang mana semua itu jauh dari nilai-nilai keislaman. Dari tayangan yang ditampilkan di televisi, tidak sadar banyak mengajarkan untuk melihat sesuatu bukan karna kemanfaatanya namun karna gaya hidup. Demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, seperti Tayangan sinetron, acara infotaiment, gaya hidup orang terkenal, dan sebagainya.

Disisi lain publik dari lingkungan sekitar sangatlah berpengaruh. Seperti pergaulan bebas. Logis jika disebutkan sangat berpengaruh, karna pada dasarnya sifat seseorang itu labil. Maksudnya, dalam melakukan sesuatu seseorang lebih cenderung ikut-ikutan. Jadi , bukan karna idealisme atau pertimbangannya. Syukur-syukur ketika seseorang itu menginjak remaja lebih banyak bergaul dengan komunitas remaja muslim yang kesehariannya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat dan bernilai keagamaan. Tentunya remaja itu akan berkembang menjadi orang yang bermoral dan memegang teguh prinsip-prinsip keislaman.

Faktor ketiga, disorot dari pendidikan yang diajarkan oleh orang tua. Seperti yang kita ketahui, ketaatan ini akan tumbuh didalam sifat seseorang dengan apa yang diajarkan orang tuanya. Disini, peran orang tua sangatlah mendominasi, karena disitulah pendidikan pertama seorang anak. Jika pendidikan yang diberikan orang tua itu baik maka akhlak anak itu akan baik, dan sebaliknya jika pendidikan orang tua terhadap anaknya tidak baik maka karakter anak itupun tidak baik. Hal ini berdampak pada masa depan anak tersebut, yang mana kebiasaanya ketika kecil akan membawanya dan membekas ketika ia dewasa nanti. Diibaratkan anak seperti kertas putih, sebagaimana bagus ukiran orang tua membuat tulisan di kertas putih, seperti itulah keindahan yang didapatkan dan sebaliknya.

Sesuatu yang sangat terlihat perbedaannya dari segi pandangannya di zaman klasik hingga saat ini adalah penerapannya, aneh jika dipikirkan tapi ini nyata. Jika di zaman dahulu, ketika masih ada panutan seperti para rosullullah, sahabat nabi dan kholifah muslim , orang-orang nasrani tidak memiliki ketaatan sama sekali, dikarenakan jauhnya dan tidak mengetahui apa-apa dari  iman dan keislaman, mayoritas manusia hanya menjadi pengikut buta agama bapak ibunya, atau agama nenek moyangnya tanpa mau berpikir apa sebenarnya hakikat yang disembahnya. Sehingga, berkembang ketaatan pada waktu itu hanya tergantung pada penyebaran nilai jihad dan dakwah , tetapi keinginan orang-orang waktu itu dalam mencari jalan kebenaran sangatlah kuat.

Berbeda dengan fenomena yang terjadi di zaman modern ini, orang-orang mengetahui kebenaran yang baik dan batil lebih mudah dan relatif praktis melihat perkembangan zaman saat ini. Sistematika dalam penyebaran ilmu pengetahuan jauh lebih efektif dan praktis. Tetapi di sisi lain ini berdampak pada ketidakseimbangan dengan ambisi hawa nafsu  dan usaha yang dilakukan. Sehingga  mereka lupa dan meniadakan apa yang telah ada. Apakah kita sudah dijalan yang benar dan menyembah tuhan yang tepat? Sangat jarang ada yang mau berfikir seperti itu sehingga pada hakikatnya dia hanya ikut-ikutan saja atau berjalan dengan melihat tapi buta.

Timbul pertanyaan, bagaimana memegang ketaatan saat ini? Mulailah istiqomah, sikap ini sudah harus tertanamkan dan menjadi suatu keharusan dalam kehidupan. Dari segi berfikir dan bertindak untuk mewujudkan lingkungan kondusif yang didalamnya selalu berbuah sentuhan pendidikan yang sesuai tuntunan Islam. Dalam hal ini, kondisi keluarga yang baik sangat dapat menjaga dan menstabilisasikan perilaku dan pola pikir anak yang negatif.

Mengapa keluarga? Banyaknya peremehan dan penyelewengan akidah dan akhlak yang terjadi saat ini didominasi oleh mereka yang keluarganya meremehkan dan tidak mampunya dalam pendidikan ataupun kondisi yang buruk dalam ranah keluarga. Dan di keluargalah anak tersebut mendapatkan pendidikan moral yang lebih daripada di sekolah. Pasalnya, anak-anak selalu menghabiskan waktu luangnya di rumah, keluarga yang baik akan senantiasa selalu memperhatikan, membina, dan mengajarkan apa yang baik untuk masa depan anak-anaknya.
.
Sistem pendidikan yang sekarang banyak berkembang di kalangan masyarakat, hanya mengedepankan dan mementingkan pengajaran. Tujuan pendidikan lebih diaarahkan pada perkembangan kecerdasan pengetahuan dan intelektulal dari akademis. Padahal, yang paling penting daripada itu adalah faktor pendidikan moral dan spiritual.

Pendidikan spiritual sangatlah penting dari pada intelektual. Andai kata pendidikan berorientasi pada pengejaran target ujian kenaikan kelas dan memalingkan moral, maka yang didapatkan dari ilmunya hanya bersifat sementara. Berbeda jika seorang anak telah memiliki rasa jujur dan menghargai ilmu dan orang sekitarnya, maka dia akan menunjukan sikap yang teladan dalam penerapannya. Semoga kita bisa menjaga diri dan sesama untuk menegakan ketakwaan.

Allahu musta’an

Penulis : Ridho Ardiansyah





Gambar : agammadani.blogspot.co.id Fitrahnya manusia adalah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, mencari titik kebenaran dalam pola pik...

0 Komentar: