Ketika Cinta Bersemi, Sebuah Catatan Singkat
KCB |
Dikemas dengan format santai, diskusi dibuka dengan pemaparan materi tentang fenomena hari kasih sayang. Ghazi memaparkan latar belakang keberadaan hari tersebut yang berakar dari kebudayaan Pagan. Dan berlanjut ke masa kuno Romawi.
Sementara Qori yang juga lulusan Al-Azhar mengupas bagaimana Islam memandang fenomena tersebut. Ia menyitir pendapat Ibn Taimiyah yang menyatakan bahwa sesungguhnya perayaan atau hari raya adalah syari'at. Sehingga yang manusia harus ikuti adalah apa-apa yang Allah SWT syari'atkan saja. Dan jelas hari kasih sayang bukanlah bagian syari'at yang dimaksud.
Diskusi semakin seru begitu memasuki sesi tanya jawab. Beberapa bahkan menyelipkan curhat dalam tanyanya. Warna-warna kisah cinta mengalir deras. Mulai dari masalah long distance relationship, hubungan tanpa status, batas-batas kekaguman, hingga perjodohan dan konsep taaruf.
Qori mengingatkan bahwasanya hati adalah area Allah, Sang Pemilik Hati. Artinya ketika terjadi gejolak dalam hati, maka manusia harus mengembalikannya kepada Allah. Ia menceritakan kembali kisah Salman Al Farisi dan Abu Darda. Salman meminta sahabatnya tersebut untuk menemaninya melamar seorang wanita Anshar. Tetapi ternyata wanita tersebut lebih tertarik pada si pengantar, daripada pelamarnya.
"Tetapi, Salman paham bahwa Allah-lah Sang Penggerak Hati. Ia lapang dada menerimanya. Bahkan menyerahkan mahar yang telah ia siapkan kepada Abu Darda dan mau menjadi saksi pernikahan mereka.", tuturnya.
Ghazi pun mengamini hal tersebut. Ia menilai bahwa gejolak dalam hati manusia adalah bentuk ujian dari Allah untuk melihat seberapa besar cinta manusia kepada Allah SWT.
"Semakin besar cinta kita kepada Allah, maka semakin minim gejolak hati yang kita rasakan. Kenapa? Karena kita takut pada Allah. Kita tahu apa yang dilarang dan apa yang tidak!"
Meski demikian, keduanya sepakat bahwa kita tidak boleh serta merta memposisikan orang-orang yang belum bisa 100% mengamalkan tuntunan Islam tersebut sebagai orang salah. Proses pemahaman dan pengajaran harus dilakukan dengan lemah lembut dan perlahan-lahan.
Pada intinya, ketika cinta bersemi di hati, rayulah Sang Pemilik Hati karena sungguhlah Ia Maha Mengetahui. Dan jangan lupa: jaga hati dan terus berbaik sangka. Gunakan waktu untuk memperpantas diri, seperti yang umum disebutkan: Bagaimana Allah mau ngasih kita jodoh yang kualitas A sementara kita sendiri masih D? Betul nggak Mblo?
Wallahu a'lam bishawab.
0 Komentar: