Sepenggal Cerita dari Pantai Seri Bulan: Rihlah Fotar
Memanfaatkan libur panjang akhir pekan, pada Sabtu (17/9) Forum Tarbiyah IIUM mengadakan kegiatan rihlah ke Pantai Seri Bulan, Port Dickson. Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan dari kampus IIUM, birunya laut Selat Malaka seketika memanjakan mata. Basah pasir pantai seolah menjadi penghilang lelah setelah dua minggu pertama kuliah.
Tangan-tangan saling bersalaman, nama-nama saling ditukarkan, sekadar pembuka hari yang panjang. Sosok-sosok yang semula terlihat rikuh satu sama lain seketika larut dalam serunya permainan pemanasan. Barisan dibuat, tangan-tangan dieratkan ke pundak, sebelum kemudian menyatukan irama lompat, mengikuti aba-aba pemimpin acara. Maju, mundur, kiri, kanan, depan, belakang. Tapak-tapak kaki berdesakan di hamparan pasir. Semakin banyak, semakin banyak.
Sementara di pinggir pantai, para penyelenggara acara tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan. Botol-botol air. Tali-tali rafia. Ember-ember plastik berbagai ukuran yang jelas dipinjam dari pemilik yang berbeda. Balon-balon plastik. Hingga gelas-gelas kertas. Semua diatur, ditata sedemikian rupa.
Siap sudah.
Permainan pun dimulai. Badan distimulasi untuk bergerak. Juga otak, harus diputar untuk menyelesaikan berbagai tantangan. Dari permainan memindahkan bola ping-pong dengan gelas-gelas air yang mengingatkan pada praktikum sains di sekolah dulu, hingga estafet air yang seru-seru basah.
Satu persatu permainan dituntaskan. Peluh bercucuran. Namun senyum dan tawa tak sekalipun hilang dari wajah. Juga kata-kata penyemangat yang tak henti diberikan kepada kawan sepermainan.
Riuhnya permainan berakhir tengah hari. Matahari sudah berada di atas kepala. Sisa-sisa permainan dibereskan. Para peserta rihlah bergegas membersihkan badan. Nikmatnya nasi ayam menyusul kemudian. Badan sudah kembali segar. Perut sudah diisi. Azan berkumandang. Sholatpun ditegakkan. Di pelataran laut Selat Melaka, kepala kami menunduk dalam sujud, mengingatkan keagungan Sang Pencipta luasnya lautan, juga semesta dan seisinya.
Taujih singkat lantas menjadi makan siang kedua. Abang kami, Ahmad Rasikh, berkesempatan datang untuk berbagi pengalaman dan pesan hidup. Ia perkenalkan bagaimana bibit Fotar disemai dan dihidupi. Pesannya satu: istiqomah adalah kuncinya. Keteguhan hati untuk melayani umat, melanjutkan visi mulia Rasulullah SAW.
Beliau garis bawahi juga pentingnya visi hidup. Jauh-jauh ke IIUM, meninggalkan sanak keluarga, apa yang kita cari? Apa yang ingin kita raih? Sudah kita hidupi visi kita? Target-target kita? *hening*
Foto di pantai, melawan arus! :D |
Rihlah Fotar. Selalu menjadi semacam charger pengisi ulang bilik-bilik kalbu. Kesempatan teman-teman lama kembali bersua. Juga penyambung generasi-generasi yang berbeda (semoga paham maksudnya: generasi terdahulu, dengan generasi yang lebih muda) dengan cara yang menyenangkan.
Semoga bukan kegembiraannya saja yang kita ingat, namun juga kita ikhtiarkan pesan-pesan yang sudah disampaikan. :)
Pantai Seri Bulan, 17092016 - 16:36
Seseorang - sudah empat kali ikut Rihlah Fotar :D
0 Komentar: